Hemostasis adalah suatu keadaan heme atau darah untuk mempertahankan keseimbangannya didalam pembukuh darah. Dapat berfungsi untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjadinya perdarahan. Hemostasis normal dapat dibagi menjadi dua tahap: yaitu hemostasis
primer dan hemostasis sekunder. Pada hemostasis primer yang berperan
adalah komponen vaskuler dan komponen trombosit. Disini terbentuk sumbat
trombosit (trombosit plug) yang berfungsi segera menutup kerusakan
dinding pembuluh darah. Sedangkan pada hemostasis sekunder yang berperan
adalah protein pembekuan darah, juga dibantu oleh trombosit. Disini
terjadi deposisi fibrin pada sumbat trombosit sehingga sumbat ini
menjadi lebih kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug.
Ada 6 macam pemeriksaan hemostasis, yuk mari kita ketahui apa-apa saja sih 6 macam itu.
1.PT (Masa Protrombin plasma )
PT
Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif
dalam proses pembekuan. Protrombin (F II) dikonversi menjadi thrombin
oleh tromboplastin untuk membentuk bekuan darah. Pemeriksaan PT
digunakan untuk menilai kemampuan faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan
jalur bersama, yaitu : faktor I (fibrinogen), faktor II (prothrombin),
faktor V (proakselerin), faktor VII (prokonvertin), dan faktor X (faktor
Stuart). Perubahan faktor V dan VII akan memperpanjang PT selama 2
detik atau 10% dari nilai normal.
Bahan pemeriksaan PT adalah reagen PT yang akan dicampurkan dengan darah yang sudah disentrifuge dan tentunya yang dicampurkan adalah plasmanya saja. Lalu nanti akan direndamkan di air hangat dan langsung menghidupkan stopwatch serta menghentikannya ketika sudah terjadi bekuan.
PT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi ekstrinsik
dan bersama jika kadarnya <30%. Pemanjangan PT dijumpai pada penyakit
hati (sirosis hati, hepatitis, abses hati, kanker hati, ikterus),
afibrinogenemia, defisiensi faktor koagulasi (II, V, VII, X),
disseminated intravascular coagulation (DIC), fibrinolisis, hemorrhagic
disease of the newborn (HDN), gangguan reabsorbsi usus. Pada penyakit
hati PT memanjang karena sel hati tidak dapat mensintesis protrombin.
Pemanjangan PT dapat disebabkan pengaruh obat-obatan : vitamin K
antagonis, antibiotik (penisilin, streptomisin,
karbenisilin,kloramfenikol, kanamisin, neomisin, tetrasiklin).
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan PT adalah
sampel darah membeku, membiarkan sampel darah sitrat disimpan pada suhu
kamar selama beberapa jam, diet tinggi lemak (pemendekan PT) dan
penggunaan alkohol (pemanjangan PT)
2. INR
INR didapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan nilai
PT normal kemudian dipangkatkan dengan ISI di mana ISI adalah
International Sensitivity Index. Jadi INR adalah rasio PT yang
mencerminkan hasil yang akan diperoleh bila tromboplastin baku WHO yang
digunakan, sedangkan ISI merupakan ukuran kepekaan sediaan tromboplastin
terhadap penurunan faktor koagulasi yang bergantung pada vitamin K.
Sediaan baku yang pertama mempunyai ISI = 1,0 ( tromboplastin yang
kurang peka mempunyai ISI > 1,0). Dengan demikian cara paling efektif
untuk standardisasi pelaporan PT adalah kombinasi sistim INR dengan
pemakaian konsisten tromboplastin yang peka yang mempunyai nilai ISI
sama.
INR digunakan untuk monitoring terapi warfarin (Coumadin) pada
pasien jantung, stroke, deep vein thrombosis (DVT), katup jantung
buatan, terapi jangka pendek setelah operasi misal knee replacements.
INR hanya boleh digunakan setelah respons pasien stabil terhadap
warfarin, yaitu minimal satu minggu terapi. Standar INR tidak boleh
digunakan jika pasien baru memulai terapi warfarin untuk menghindari
hasil yang salah pada uji. Pasien dalam terapi antikoagulan diharapkan
nilai INR nya 2-3 , bila terdapat resiko tinggi terbentuk bekuan,
iperluakn INR sekitar 2,5 – 3,5.
3. APTT
Masa tromboplastin parsial teraktivasi (activated partial
thromboplastin time, APTT) adalah uji laboratorium untuk menilai
aktifitas faktor koagulasi jalur intrinsik dan jalur bersama, yaitu
faktor XII (faktor Hagemen), pre-kalikrein, kininogen, faktor XI (plasma
tromboplastin antecendent, PTA), faktor IX (factor Christmas), faktor
VIII (antihemophilic factor, AHF), faktor X (faktor Stuart), faktor V
(proakselerin), faktor II (protrombin) dan faktor I (fibrinogen). Tes
ini untuk monitoring terapi heparin atau adanya circulating
anticoagulant. APTT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi
instrinsik dan bersama jika kadarnya <> 7 detik dari nilai normal,
maka hasil pemeriksaan itu dianggap abnormal.
APTT memanjang dijumpai pada :
1. Defisiensi bawaan
- Jika PPT normal kemungkinan kekurangan :
- Faktor VIII
- Faktor IX
- Faktor XI
- Faktor XII
- Jika faktor-faktor koagulasi tersebut normal, kemungkinan kekurangan HMW kininogen (Fitzgerald factor) Defisiensi vitamin K, defisiensi protrombin, hipofibrinogenemia.
2. Defisiensi didapat dan kondisi abnormal seperti :
- Penyakit hati (sirosis hati)
- Leukemia (mielositik, monositik)
- Penyakit von Willebrand (hemophilia vaskular)
- Malaria
- Koagulopati konsumtif, seperti pada disseminated intravascular coagulation (DIC)
- Circulating anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating anticoagulant terhadap suatu faktor koagulasi)
- Selama terapi antikoagulan oral atau heparin
Prinsip dari uji APTT adalah menginkubasikan plasma sitrat yang
mengandung semua faktor koagulasi intrinsik kecuali kalsium dan
trombosit dengan tromboplastin parsial (fosfolipid) dengan bahan
pengaktif (mis. kaolin, ellagic acid, mikronized silica atau celite
koloidal). Setelah ditambah kalsium maka akan terjadi bekuan fibrin.
Waktu koagulasi dicatat sebagai APTT.
Nilai normal uji APTT adalah 20 – 35 detik, namun hasil ini bisa
bervariasi untuk tiap laboratorium tergantung pada peralatan dan reagen
yang digunakan.
4. TT
Tes TT (Thrombin Time); adalah
tes yang mengukur waktu yang dibutuhkan untuk membentuk bekuan dan plasma
setelah penambahan trombin dalam sejumlah fibrinogen normal. Nilai TT memanjang
pada penurunan nilai fibrinogen, disfungsi molekul
fibrinogen(disfibrinogenemia), terapi heparin, peningkatan produk degradasi
fibrinogen (FDP) dan Disseminated Intravasculer Coagulation (DIC).
5. BLEEDING TIME
Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah
adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding
pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Prinsip pemeriksaannya adalah
mengukur lamanya waktu perdarahan setelah insisi standart pada lengan
bawah atau cuping telinga.
Pemeriksaan BT dapat dilakukan dengan metoda Ivy , yaitu
dilakukan insisi dengan lanset sepanjang 10 mm dan kedalaman 1 mm di
lengan bawah kemudian setiap 30 detik darah dihapus dengan kertas filter
sampai perdarahan berhenti, atau dengan metoda Duke dengan cara yang
sama insisi di lokasi cuping telinga sedalam 3-4 mm.
Waktu perdarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk
menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma
yang dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan
koagulasi. Masa perdarahan tergantung atas : ketepatgunaan cairan
jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan
trombosit. Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan
kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk agregasi.
Bila trombosit
Clotting time adalah waktu yang dibutuhkan bagi darah untuk membeku. Prinsip CT adalah waktu pembekuan diukur sejak darah keluar dari epmbuluh sampai terjadi suatu bekuan dalam kondisi yang spesifik. Nilai Normal nya sekitar 5-15 menit.
Posting Komentar
0 komentar
Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.