Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri
dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan
sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947).
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
Trias
epidemiologi atau segitiga epidemiologi adalah suatu konsep dasar
epidemiologi yang menggambarkan tentang hubungan tiga faktor utama yang
berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Tiga faktor tersebut adalah host (penjamu), agent (agen, faktor penyebab), dan environment (lingkungan).
Host adalah manusia atau makhluk
hidup lainnya, termasuk burung dan antropoda yang menjadi tempat
terjadinya proses alamiah perkembangan pernyakit. Yang termasuk dalam
faktor penjamu, yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnik, anatomi tubuh,
status gizi, sosial ekonomi, status perkawinan, penyakit terdahulu, life style,
hereditas, nutrisi, dan imunitas. Faktor-faktor ini mempengaruhi risiko
untuk terpapar sumber infeksi serta kerentanan dan resistensi manusia
terhadap suatu penyakit atau infeksi.
Host atau penjamu memiliki karateristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, antara lain:
1. Imunitas
Kesanggupan
host untuk mengembangkan suatu respon immunologis, dapat secara alamiah
maupun perolehan (non-alamiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu
penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit
tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan
tersendiri. Misalnya campak, manusia mempunyai kekebalan seumur hidup,
mendapat immunitas yang tinggi setelah terserang campak, sehingga seusai
kena campak sekali maka akan kebal seumur hidup.
2. Resistensi
Kemampuan dari pejamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.
3. Infektifnes (infectiousness)
Potensi
pejamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kepada orang lain.
Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh manusia
dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.
Agent adalah
suatu unsur, organisme hidup atau infektif yang dapat menyebabkan
terjadinya suatu penyakit. (M.N Bustan: 2006). Agen tersebut meliputi
agen biologis, kimia, nutrisi, mekanik, dan fisika. Agen biologis
bersifat parasit pada manusia, seperti metazoan, protozoa, jamur,
bakteri, ricketsia, dan virus. Agen kimia meliputi pestisida, asbes, CO,
zat allergen, obat-obatan, limbah industri, dll. Agen nutrisi meliputi
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air yang jika
kekurangan atau kelebihan zat-zat tersebut, maka dapat menimbulkan
penyakit. Agen mekanik meliputi friksi yang kronik, misalnya kecelakaan,
trauma organ yang menyebabkan timbulnya sakit, dislokasi (payah
tulang), dll.
Dari segi epidemiologi, konsep faktor agen mengalami perkembangan dengan mempergunakan terminologi faktor resiko (risk factor).
Jadi, tidak hanya unsur-unsur di atas yang tergolong faktor resiko,
tetapi mencakup semua hal yang memberikan kemungkinan terjadinya
penyakit. Contoh faktor resiko yang bersifat tingkah laku yang tidak
sehat, yaitu minum alkohol, drug abuse, merokok, tidak menggunakan tali pengaman (seat bealt), kurang olah raga, dll.
Seperti halnya dengan host, agen juga memiliki karakteristik, yaitu (M.N Bustan: 2006):
1. Infekstivitas
Kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan dari penjamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak (multiply)
dalam jaringan pejamu. Umumnya diperlukan jumlah tertentu dari suatu
mikroorganisme untuk mampu menimbulkan infeksi terhadap penjamunya.
Dosis infektifitas minimum (minimum infectious dose) adalah
jumlah minimal organisma yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi.
Jumlah ini berbeda antara berbagai species mikroba dan antara individu.
2. Patogenesitas
Kesanggupan
organisme untuk menimbulkan suatu reaksi klinik khusus yang patologis
setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan perkataan
lain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi.
Hampir semua orang yang terinfeksi dengan dengan virus smallpox
menderita penyakit (high pathogenicity), sedangkan orang yang terinfeksi poliovirus tidak semua jatuh sakit (low pathogenicity).
3. Virulensi
Kesanggupan
organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang berat yang
selanjutnya mungkin menyebabkan kematian. Virulensi kuman menunjukkan
beratnya (severity) penyakit.
4. Toksisitas
Kesanggupan
organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari substansi
kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan
penyakit berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.
5. Invasitas
Kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan.
6. Antigenisitas
Kesanggupan
organisme untuk merangsang reaksi immunologis dalam penjamu. Beberapa
organisma mempunyai antigenisitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika
menyerang pada aliran darah (misalnya virus measles) akan lebih
merangsang immunoresponse dari yang hanya menyerang permukaan membrane (misalnya gonococcus).
Faktor environment
(lingkungan) adalah bagian dari trias epidemiologi. Faktor ini memiliki
peranan yang sama pentingnya dengan dua faktor yang lain. Faktor
lingkungan meliputi lingkungan fisik, biologi, sosial-ekonomi, topografi
dan georafis. Lingkungan fisik seperti kondisi udara, musim, cuaca,
kandungan air dan mineral, bencana alam, dll. Lingkungan biologi
meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme saprofit, dsb. Lingkungan
sosial-ekonomi yang juga mempengaruhi, yaitu kepadatan penduduk,
kehidupan sosial, norma dan budaya, kemiskinan, ketersediaan dan
keterjangkauan fasilitas kesehatan, dll.
Faktor-faktor trias epidemiologi saling berinteraksi. Keterhubungan antara host, agent, dan environment
ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam
keseimbangan (equilibrium) pada seseorang individu yang sehat. Maka
dapat dikatakan bahwa individu yang sehat adalah keadaan dimana ketiga
faktor ini dalam keadaan seimbang. Jika timbul penyakit pada diri
individu, maka berkaitan dengan gangguan interaksi antara ketiga faktor
tersebut.
Interaksi trias epidemiologi, antara lain:
- Interaksi Agen-Lingkungan
Keadaan dimana agent dipengaruhi langsung oleh environment
(karakteristik host tidak berpengaruh). Misal: ketahanan bakteri
terhadap sinar matahari, stabilitas vit dlm lemari pendingin, dll.
- Interaksi Host-Lingkungan
Keadaan dimana host dipengaruhi langsung oleh environment (karakteristik agen tidak berpengaruh). Misal: kebiasaan penyiapan makanan, ketersediaan fasilitas kesehatan, dll.
- Interaksi Host-Agen
Keadaan
dimana agent telah berada dalam diri host. Interaksi ini dapat berakhir
dengan kesembuhan, gangguan sementara, kematian atau carier.
- Interaksi Agent-Host-Lingkungan
Keadaan
dimana host, agent & environment saling mempengaruhi satu sama lain
sehingga timbul penyakit. Misal: kontaminasi feses penderita tifus pada
sumber air minum.
Bentuk interaksi trias epidemiologi juga dikemukakan oleh John Gordon berupa Timbangan Keseimbangan. Dalam hukum Biologic Laws
dikatakan bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi ketidakseimbangan
antara agent dan host. Keseimbangan tersebut tergantung pada sifat alami
dan karakteristik dari agent dan host (individu/ kelompok).
Karakteristik dari agent dan host berikut interaksinya secara langsung
tergantung pada keadaan alami dari lingkungan biologi, fisik, dan
sosial-ekonomi.
Timbangan kesimbangan, meliputi:
1. Periode Prepatogenesa
Pada
periode ini, manusia dalam kondisi sehat, tidak ada pengaruh dari
lingkungan yang buruk atau bibit penyakit. Maka ini merupakan keadaan
seimbang.
2. Periode Patogenesa
Pada periode ini, keadaan seimbang terganggu sehingga timbul suatu penyakit.
- Perubahan Lingkungan
- Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan mudahnya penyebaran agent. Misal: Kasus DBD meningkat pada musim hujan.
- Posisi
ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan perubahan pada faktor
host. Misal: Kasus ISPA meningkat karena meningkatnya polusi udara.
- Perubahan Agent
Contohnya peningkatan virulensi agent, terdapat agent baru, jumlah agent bertambah, dan mutasi agent.
- Perubahan Host
Contohnya
bertambah banyaknya jumlah orang-orang rentan terhadap suatu agent
mikroorganisme tertentu, misalnya terhadap kuman difteri.
Untuk mengatasi sakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan segitiga epidemiologi diatas, maka diperlukan 10 indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan
dimasyarakat.
Tujuan PHBS
1. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.
2 PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
3 PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS.
4. Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu :
1. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
2. memberi bayi ASI ekslusif
3. menimbang balita setiap bulan
4. menggunakan air bersih
5. mencuci tangan dengan air brsih dan sabun
6. menggunakan jamban sehat
7. memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. makan buah dan sayur setiap hari
9. melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. tidak merokok di dalam rumah.
Manfaat PHBS
Bagi Rumah Tangga :
• Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
• Anak tumbuh sehat dan cerdas.
• Anggota keluarga giat bekerja.
• Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
Bagi Masyarakat:
• Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
• Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah kesehatan.
Posting Komentar
0 komentar
Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.